Putri Duyung Kecil (part 1)

Nur Atika Fitria
4 min readOct 7, 2019

--

(Terjemahan Bebas “The Little Mermaid” oleh Hans Christian Andersen)

The Little Mermaid, Christian Birmingham

Jauh di dalam samudra dengan air sebiru kelopak bunga biru dan sebening kaca murni, namun, juga teramat dalam. Jauh lebih dalam daripada jangkar manapun yang pernah bisa capai, dan banyak, banyak menara yang dibutuhkan untuk ditumpuk satu persatu dari dasar hingga bisa mencapai permukaan samudra. Di bawah sanalah makhluk-makhluk laut hidup.

Sekarang jangan menganggap bahwa di dasar lautan hanya terdapat pasir putih yang kosong. Sama sekali tidak! Pepohonan dan bunga-bunga yang tercantik tumbuh di bawah sana, dengan sejenis batang liat dan dedaunan yang sesekali bergoyang di dalam air membuat mereka bergerak seakan-akan mereka hidup. Semua jenis ikan, besar dan kecil, melesat di antara dahan-dahan, seperti burung-burung yang terbang di antara pepohonan. Dari tempat terdalam di dalam samudra, muncullah istana milik raja lautan. Dindingnya terbuat dari batu karang dan jendela tinggi runcing dari batu amber yang paling jernih, tapi atapnya terbuat dari kerang yang terbuka dan menutup, naik-turun. Ini adalah pemandangan yang menakjubkan untuk dilihat, masing-masing kerang berisi mutiara berkilau, salah satunya akan menjadi kebanggaan mahkota ratu.

Raja laut telah menduda selama bertahun-tahun, dan ibunya yang tua merawat rumah. Dia adalah perempuan yang cakap, tapi sangat bangga akan keturunan bangsawannya. Oleh karenanya, dia memamerkan dua belas tiram di ekornya ketika perempuan-perempuan lain di istana hanya diijinkan untuk memakai enam tiram. Di luar itu, dia adalah seorang perempuan yang patut dipuji secara keseluruhan, khususnya karena dia sangat menyayangi cucu-cucu perempuannya, putri-putri kecil lautan. Mereka adalah enam gadis yang menyenangkan, tapi yang termuda adalah yang tercantik di antara mereka semua. Kulitnya sehalus dan selembut kelopak bunga mawar, dan matanya sebiru laut dalam. Namun, seperti makhluk laut yang lain, dia tidak memiliki kaki. Tubuhnya berujung dengan ekor ikan.

Sepanjang hari mereka biasanya bermain di istana, di bawah aula megah dimana bunga-bunga tumbuh di dinding. Sewaktu jendela dari batu amber terbuka, maka ikan-ikan akan berenang masuk ke dalam, seperti burung layang-layang yang menerobos ke dalam kamar ketika kita membuka jendela. Hanya saja, ikan-ikan ini sekarang akan berenang tepat menuju putri-putri kecil untuk makan langsung dari tangan mereka dan membiarkan diri mereka dibelai.

Di luar istana, terdapat sebuah kebun besar, dengan pohon-pohon merah menyala dan biru tua. Buahnya berkelip seperti emas, dan bunga-bunganya menyala seperti api di batang mereka yang terus bergoyang. Tanahnya adalah pasir yang sangat halus, tapi sebiru belerang yang terbakar. Selimut biru aneh menutupi semua yang ada di bawah sana. Dibanding merasa berada jauh di kedalaman lautan, kau pasti berpikir bahwa dirimu di atas udara dengan langit biru yang berada di atas dan di bawah. Ketika suasananya teramat tenang, kau hanya bisa melihat matahari, seperti bunga scarlet merah dengan lambaian ringan dari kelopaknya.

Setiap putri kecil memiliki masing-masing sepetak kebun kecil, dimana ia dapat menggali dan menanam apapun yang ia suka. Salah satu dari mereka membuat tempat tidur kecil dari bunga berbentuk ikan paus, yang lain berpikir bahwa lebih rapi untuk membuat miliknya berbentuk seperti mereka –putri duyung kecil, akan tetapi putri yang termuda membuat miliknya sebundar matahari, dan di sana dia hanya memelihara bunga yang juga berwarna semerah matahari. Ia adalah anak yang tidak biasa, pendiam dan muram, dan ketika saudara-saudara perempuannya menghias kebun mereka dengan segala jenis benda aneh yang mereka temukan di kapal yang tenggelam, ia tidak akan mengijinkan apapun kecuali bunga semerah matahari dan sebuah patung marmer cantik berada dalam kebunnya. Figur seorang lelaki tampan terpahat di marmer putih bersih yang telah tenggelam di dasar lautan dari beberapa kapal yang telah rusak. Di samping patung, ia menanam pohon willow berwarna mawar, yang tumbuh subur hingga dahannya yang gemulai menaungi patung dan menggantung ke pasir biru, dengan bayangan berwarna violet yang turut bergoyang selagi dahannya juga berayun. Terlihat seakan-akan akar dan ujung dahannya saling berciuman.

Tidak ada yang bisa memberi kesenangan pada putri termuda seperti halnya mendengar tentang dunia manusia jauh di atas mereka. Nenek tuanya harus menceritakan semua yang dia ketahui tentang kapal dengan kota-kota, orang-orang, dan binatang-binatang. Hal terbaik dari semuanya adalah bahwa di atas daratan, bunga-bunganya harum, terlebih karena bunga di bawah lautan tidak harum. Dan dia berpikir betapa indahnya jika hutan-hutan berwarna hijau, dan ikan yang kau lihat di antara ranting-ranting dapat bernyanyi sangat nyaring dan manis hingga sangat menyenangkan untuk mendengar mereka. Neneknya harus menyebut burung-burung kecil dengan sebutan ikan atau putri tidak akan mengerti apa yang sedang dibicarakan, karena putri belum pernah melihat seekor burung.

“Ketika kau mencapai usia 15 tahun,” ujar neneknya, “kau akan diijinkan untuk naik ke atas samudra dan duduk di atas batu di bawah cahaya bulan untuk melihat kapal yang berlayar. Kau pun juga akan melihat hutan dan kota.”

Tahun depan, satu dari saudarinya akan berusia 15 tahun, tapi yang lainnya -karena masing-masing setahun lebih tua dari saudari berikutnya, maka yang termuda masih harus menunggu lima tahun lagi hingga ia bisa naik ke atas dan melihat seperti apa dunia. Meskipun demikian, masing-masing saudarinya berjanji untuk memberitahu tentang apa saja yang telah dilihatnya dan hal mengagumkan apa saja yang ditemukan. Tak sampai setengah dari keseluruhan hal yang ada di atas lautan bisa mereka dengar dari neneknya, dan masih banyak hal yang mereka ingin ketahui.

Bersambung…

--

--